Friday, 28 April 2017

Filosofi Alat Perekam


Filosofi Alat Perekam
Alex setiyawan

            Dalam sebuah dialog imajiner Malaikat berbicara kepada anak Manusia...
            “Siapa kamu?”sang Malaiat membuka cakap
            “Duhai sesama makhluk Allah kau tak kenal aku!, aku begitu masyhur di muka bumi ini” jawab manusia bernama Abu penuh keheranan.
            “Aku mengenal perbuatanmu, tapi siapa kamu pandanganku kabur”
            “Tidak masalah, cara mengenal memang berbeda-beda, syukurlah kalau kamu melihat perbuatanku lebih dahulu diatas siapa aku, namaku dan harta bendaku” Tersenyum riang abu menimpali.
            “Aku tahu ketampananmu, semua harta bendamu, kemasyhuranmu tapi yang lebih menarik adalah perbuatanmu” Malaikat tersenyum....
            “Apa yang paling kau perhatikan dari semua perbuatanku” Abu bertanya penuh bahagia.
            “Perbuatanmu yang paling menarik adalah ketika kau menebar kebaikan-kebaikanmu kepada manusia.
            “Alhamdulillah, lalu apa yang kau maksudkan pandanganmu kabur terhadapku?”
           “Iya kabur tentang keberlanjutanmu terhadap langkah kaki amalan-amalanmu itu”
          “Apa maksudmu?” desak Abu yang sedikit kurang terima dengan pandangan sang Malaikat itu.
          “Kau menebar amalan-amalanmu kepada manusia” tahukah kamu sebahagian besar langkah kaki amal-amalmu pergi menagih pengakuan, pujian, terhadap mata manusia”
         “Kau salah paham duhai Malaikat, tujuanku memperlihatkannya dimata manusia semata untuk keteladanan, agar mereka dapat termotivasi untuk sepertiku”
           “Sepertimu? Tahukah bagaimana kau dimata tuhanmu?” Kelihatannya memang tujuanmu baik, kedengarannya memang demikian, tapi hatimu tidak demikian... Ada perasaan pamer, ingin diakui, ingin dimuliakan dan ingin-ingin lain tentang kediriamu..
            “Lalu aku harus bagaimana?”
            “Jadilah seperti alat perekam, yang menyimpan dan menanyangkan sesuatu tanpa pernah menyebut “dirinya”. Begitu pula tentang dirimu, urusanmu adalah menyampaikan kebaikan bukan menyampaikan kamu orang baik. “kandungan dari kitab ini lebih penting dari pada citra pengarangnya” Pungkas malaikat sambil menunjuk kitab ulama besar ditangan abu.
            Abu tersadar dari tidurnya dan mulai bertanya tentang ke-diri-annya...

No comments:

Post a Comment